Riska Kusuma Wardhani
I was looking for a warm, tomboyish set of outfit when I stumbled upon these beautiful pieces. I absolutely adore the knitted cardigan, the color is refreshing. One item missing from this set is a bag; originally I wanted to include a small, brown postman bag as a companion yet I couldn't find it on Polyvore at that time.

DESCRIPTIONS
Top 1: Kain Classic Washed Silk Tank - $55 - net-a-porter.com
Top 2: Rodarte Skinny Knit Cardigan - GBP1,809 (yeah I know, shocking) - farfetch.com
Bottom: Margit Brandt Pants Gaga - GBP80 - welikefashion.com
Shoes: Supra Skytop Shoe Black & White - $100 - suprafootwear.com
Accessories: Ursula Beanie - $55 - allsaints.com
Riska Kusuma Wardhani
How I really wish to have these items in my cupboard. Yes, I'm a sucker of pink-green combination!

Descriptions

Outerwear: Puff Sleeves Rose Pink Trench Coat - $63 - romwe.com
Bottom: SANDRO Bottle Green Corduroy Pants - $225 - stylebop.com
Bag: Yves Saint Lauren Muse Oversized Leather Tote Bag - $1,980 - forzieri.com
Shoes: Skor Fest & Pumps - GBP279 - nelly.com
Accessories 1: Ganni Thin Wool Scarf - GBP94 - youheshe.com
Accessories 2: TOM FORD Lydia Havana Oversize Sunglasses - GBP275 - jades24.com

Credits to polyvore.com for making this mix and match attempt possible!

P.S.: I'm soooo not gonna buy these things for real. The total price even surpasses my allowance in a year!

P.P.S.: Not to mention I'm quite chubby, not sure the outerwear and the bottom are gonna fit :p
Riska Kusuma Wardhani
Jadiiiii gue dengan bodoh telah nge-post sesuatu yang kontroversial pada tanggal 26 Oktober kemarin:

Jujur, waktu itu gue bikin post semacam ini karena gue udah gerah dan sebeeeeeel banget dengan tweets temen SMA gue (cewek) yang super over dan hyperbolic. Temen gue ini abis putus sama cowoknya selama dua tahun. The thing is, waktu pacaran dia tuh sering banget PDA sama cowoknya via social network dan bahkan BBM Messenger yang melebihi batas kewajaran. Maksudnya melebihi batas kewajaran di sini adalah contohnya dia pernah pasang foto dia ciuman bibir sama cowoknya di depan kamar mandi yang kayaknya terletak di sebuah kamar hotel. Pakaiannya juga yang model tanktop dan baju handuk begitu. I think that kind of photo should've been kept as a private thing between the two, tapi temen gue ini dengan santainya pasang foto kayak gitu jadi DP di BBM Messenger. Nah mungkin, setelah dia putus, selain dia merasa dicampakkan dia juga ngerasa malu banget karena selama ini udah pamer kemesraan di depan kita semua. Ujung-ujungnya, dari bulan September timeline Twitter dia dipenuhi dengan tweets seperti ini:

"Aku ga mau hidup lagi kalau ga ada kamu di sisiku. Ingin rasanya kuraih tali tambang di gudang dan kujeratkan di leherku."

"Mati kelaparan karenamu. Lidahku sudah tak bisa lagi merasa, makanan bagaikan sampah di mataku."

"Tuhan sungguh tidak adil. Kenapa semua orang bisa bahagia sedangkan aku tidak?"

"Kamu tahu hari ini aku memuntahkan semua makanan yang sudah masuk ke dalam mulutku? Pedulikah kamu?"

"Aku ingin mati. Mati. Mati. Mati. Mati."

"Aku ingin dilahirkan kembali di tempat di mana kamu tidak pernah ada. Tak peduli itu di lahan tandus tanpa air, karena aku pasti bisa lebih bahagia di sana."

Dan... masih banyak lagi.
(Sebenarnya dia ngetweet pake bahasa alay sodara-sodara, tapi karena gue males ngopi timeline
dia dan ga yakin juga kalian mau baca bahasa alay, jadi formatnya gue ubah dikit.)

Tweets dia ini, ujung-ujungnya digunakan buat menarik simpati temen-temennya buat nyalahin si mantan yang udah nyampakin dia. Padahal berdasarkan sumber terpercaya, mereka putus karena si mantan udah ga betah sama kelakuan temen gue ini yang doyan pamer kemesraan dan minta dibeliin ini itu mulu. Tapi kok yaaaa malah temen gue yang reaksinya berlebihan sampai bilang pengen mati dan rela aja muntahin makanan yang udah masuk ke mulut dia, menyia-nyiakan kenikmatan yang ga semua orang bisa dapatkan?

Nah, berhubung temen yang gue singgung ini bukan blogger, jadi gue santai-santai aja lah bikin post tentang dia di blog ini. Gaswatnya... gue jadi menyinggung orang yang salah aka Tia, yang kemudian nge-post begini ke blognya!

Matiiiiii. Mau dibilang cuma kebetulan dan ga berhubungan ga mungkin, soalnya kata-kata Tia bener-bener isinya menanggapin apa yang udah gue tulis sebelumnya. Padahal maksudnya gue mau nyinggung temen gue yang over itu bukan dia! Kalau udah begini bingung deh mau nangis atau ketawa.

Okee sekarang buat pelajaran, lain kali kalau gue mau bikin post menyinggung gue bakal njelasin sedetail-detailnya orang yang gue singgung itu siapa. Biar ga ada kesalahpahaman seperti ini yang ujung-ujungnya malah bikin hubungan kedua belah pihak, yang tidak sengaja menyinggung dan tidak sengaja tersinggung, jadi awkward haha. Gue sih ga ada masalah dengan orang yang sering curhat di Twitter, meskipun memang gue bukan orang yang suka curhat secara terbuka (personally I prefer talking to close confidants/friends and diverting my attention to other things to make me forget the people who hurt me). Syaratnya jangan sampai lebay maksimal aja kayak temen gue yang ujung-ujungnya seolah-olah menampakkan bahwa dia adalah makhluk paling menderita di dunia. Masih ada orang yang hidupnya lebih mengenaskan, both in term of primary needs and soul, di mana-mana. Hanya saja kita memang belum diberi kesempatan untuk bertemu mereka, berkenalan secara lebih dekat, untuk membuat kita bisa lebih bersyukur dengan kondisi yang ada sekarang (gue juga belum hehe).

Last but not least, maaf ya Tia! T-T

P.S.: Buat yang doyan curhat, coba deh kalian buka situs langkahkaki.com. Situs tersebut merupakan proyek dari Arif Abdillah, salah satu pembicara di TEDxJakarta: Journey to Return, yang berisi curhatan dari beberapa orang yang sudah dia kenal sebelumnya dan baru kenal. Siapa tahu ada pembaca yang mendapat pencerahan setelah membuka situs tersebut :D
Riska Kusuma Wardhani
It's finally dooooooone! *dance happily*

Hehe, yang udah baca postingan gue sebelumnya pasti inget dong kalau gue sempet bilang mau bikin proyek yang berhubungan dengan CV? Dan yak, proyek itu sudah berhasil diluncurkan pada tanggal 27 Oktober 2011. Kalian bisa liat proyek gue langsung di www.doctorofcv.blogspot.com.

Sebenernya gue rada 'merinding' sih waktu mau ngeluncurin proyek ini. Kenapa? Soalnya, berbeda dengan situs lain yang juga ngulas soal CV, gue lebih milih pake pendekatan 'koreksi CV orang yang salah' dulu. Dan kebetulan banget, perusahaan tempat gue magang baru aja kebanjiran CV hasil promosi di beberapa job fair. Nah CV yang salah ini berasal dari lautan CV tersebut. Yang gue lakukan di sini adalah gue scan CV itu ke komputer kantor, gue edit pakai Paint (bener, Paint sodara-sodara!) buat ngelindungin nama baik si empunya terus langsung deh gue post! Kayak begini legal ga yah? Secara buat perusahaan gue CV tersebut bukan dokumen confidential dan sepengetahuan gue juga selama ga ada perjanjian tertulis bin bermaterai yang menyatakan kalau kita ga boleh mbocorin isi CV tersebut, sharing ke umum sih oke-oke aja. Apalagi kalau tujuannya buat mendidik hehe. Tadinya gue bertekad buat ngepost beginian tiap hari, tapi ujung-ujungnya cuma bisa sekali dua kali dalam seminggu gara-gara partner magang gue resign. Gue terpaksa handle kerjaan yang buat dua orang sendirian nih, kadang jadi ga ada waktu buat bernafas *lebay*.

Anyway, proyek ini tadinya gue rilis dalam versi bahasa Inggris supaya pembaca internasional pada ngerti (dan siapa tau ada yang juga mau jadi kontributor!), tapi gara-gara belakangan ini gue jadi sering baca blog macam www.rantang.com.au dan www.muhammadnoer.com yang notabene pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, gue jadi galau. Galau apakah gue mesti nerusin ngepost pake bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. What do you think?
Riska Kusuma Wardhani
Selain logat, ada satu hal lagi yang bikin gue ngerasa ga punya identitas: sikap dan tutur kata.

Tiga tahun yang lalu, sebelum gue hijrah ke Jakarta buat kuliah, gue anaknya bisa dibilang super innocent banget: rambut potong pendek berponi kayak helm, tampang kucel bin gampang ditipu, jaga jarak sama cowok, dan terkenal dengan gaya ngomong yang super alus. Iya, super alus. Dulu yang namanya meso atau ngejek orang dengan kata-kata kotor itu pantangan banget buat gue, bagian dari ajaran turun-temurun di keluarga. Gue juga terkenal dengan mental suka ngalah, rela ngerjain tugas paling banyak atau bahkan ibaratnya bagi makanan gue mau-mau aja dapet sisanya demi nyenengin hati orang lain. Singkat kata: pasif banget.

Nah, gue ga tau ntah ini karma atau anugerah: awal-awal masuk kuliah gue langsung sekelas sama empat orang yang kelakuannya super duper berlawanan dengan gue. Si Sharah, gorgeous girl dari Medan yang jaman SMA-nya masuk boarding school di Semarang; Jennifer, blatant girl yang ga ragu ngeluarin pendapatnya dan kalau cerita heboh banget; Safitri, anak Klaten yang gak Klaten (read: lebih kasar dari gue saat itu); dan Tia, anak Palembang yang fashion sense-nya bold banget (no offense, Tia! :D)

Dari keempat orang itu, gue ga nyangka gue malah ujungnya paling deket sama Tia. Padahal kalau dipikir-pikir menggunakan logika, gue harusnya bakal lebih deket sama Sharah (secara sekosan waktu itu) atau Safitri (sama-sama Jawa). Gue juga inget kalau pas awal-awal gue sering banget tengkar sama Tia, secara dia kadang ngomongnya rada ngejleb and lil bit selfish sementara gue terbiasa ngomong alus dan ngalah banget sama orang.

But yeah, it's true that opposites do attract. Gue lama-lama sadar kenapa gue bisa lebih deket sama Tia. Pertama, Sharah itu orangnya kayak burung: dia ga bisa dikekang dalam artian dijadiin temen deket atau sahabat. Kedua, Safitri orangnya terlalu secretive dan mbingungin sehingga gue kalau ngomong sama dia sering ga nyambung. Ketiga, Jeni rumahnya jauh banget dari tempat kos gue dan she already has her own world, lebih sering jalan bareng sama temen-temen jaman SMP-SMAnya dulu. Nah si Tia ini, selain sama-sama berstatus anak rantau dan kosannya deket waktu itu, dia sama kayak gue juga sering bokek (jadi kita sering gantian nraktir haha) dan bahasa Inggrisnya jago. Dari dia gue kenal yang namanya Senen, blog, dan berbagai hal yang tadinya asing buat gue. Thanks Tia, muah!! *cium cayang*

Selesai? Tunggu dulu. Nah gara-gara bergaul sama empat orang ini nih, perlahan gue yang tadinya pasif jadi mulai aktif. Doyan hunting barang-barang cewek kayak baju dan sepatu. Ngomong kotor pun bukan jadi hal tabu lagi, bahkan udah hampir jadi kebiasaan (babi dan bangke apalagi, anyone?). Ngomongin orang apa lagi, wooo udah jadi santapan sehari-hari. Kalau dilihat dari kacamata Jawa hal ini pasti salah banget, tapi entah kenapa gue malah ngerasa nyaman dengan semua ini. Gue ngerasa bebas, dan gue ngerasa punya lebih banyak teman dan jaringan dengan ini. Apalagi banyak orang yang menyalahartikan sikap pasif gue dengan cap "sombong dan tidak bisa bekerja sama". Haha padahal ya, kalau kalian kenal lebih dalem dikiiiit aja sama gue, pasti udah muncrat ke mana-mana tuh iler gue, tanpa henti nyerocos nyeritain berbagai hal dari A-Z.

Dari observasi gue pun, di mana-mana sekarang yang berjaya adalah orang yang berkelakuan seperti itu. Yang terbuka dan cepat akrab, bukan yang halus dan pasif aka submissive banget. Kenapa? Karena sekarang dunia kerja itu ya butuhnya orang yang bisa diandalkan, bisa ceplas-ceplos dan memberikan saran bukan seperti pembantu yang bisanya cuma mengerjakan perintah atasan. Kecuali ya kalau memang lo kerjanya di Jawa aja dan cuma berhubungan dengan orang-orang Jawa juga.

Dari situlah gue kadang-kadang bingung. Di satu sisi gue pengen banget bisa jadi orang yang lebih terbuka dan ceplas-ceplos, tapi di lain sisi gue masih takut dan ragu karena nyokap bokap dan teman lama gue terbiasa dengan diri gue yang alus dan biasa ngalah. Gue takut gue bakal kehilangan mereka, karena bagaimanapun juga mereka yang udah membantu mengantarkan gue sampai bisa di titik ini. Waktu reunian aja temen-temen lama gue sempat mencap gue awkward gara-gara perubahan yang drastis dalam sikap dan tutur kata gue. Hubungan gue dengan gebetan juga kandas karena dia nganggap gue berubah. Untungnya nyokap bokap gue masih mau menerima gue apa adanya. "Selama kamu masih ingat Papa Mama, Papa dan Mama ga akan komentar banyak soal perubahan diri kamu. Kamu sudah dewasa, bukan lagi anak kecil yang perlu Papa dan Mama atur-atur," yaaa kira-kira begitu lah tanggapan mereka waktu gue konsultasi soal perubahan sikap gue.

In the end, gue memutuskan buat lebih jujur sama diri gue. Biar aja gue dicap udah berubah blableblo, tapi kalau dengan bersikap kayak gitu gue ngerasa lebih nyaman, kenapa tidak? Yang jelas gue ga bakal pernah lupa kalau gue orang Jawa asli dan ga bakal nelantarin temen lama gue sebelum gue ditelantarin duluan. Dan ini yang bikin gue inget sama kata-kata dosen OB gue dulu, Pak Budiman yang kalau ngasih nilai sangat tidak budiman: "You're a conformist Riska, but you also have radical thoughts. If you keep 'hiding', you'll suffer more. Try to be free."

Yes Sir
, pasti gue terapin. Sekarang gue bakal memperluas pergaulan dan ngilangin urat jaim dulu. Help me to be more transparent guys! :D
Riska Kusuma Wardhani
Belakangan ini gue yang memang doyan minder kembali down lagi gara-gara yang namanya krisis identitas. Eits, jangan berpikir jauh sampai yang ke level kebangsaan ya. Gue dengan bangga masih bisa bilang kalau gue 100% orang dan bangsa Indonesia asli, dialirin darah Jawa dari nyokap dan Madura dari bokap.

Nah masalah kedaerahan ini yang bikin gue bingung. Sebelum gue kuliah di Jakarta, sudah 15 tahunan gue tinggal di Jawa Timur: 3 tahun di Madiun dan 12 tahun di Malang. Segemerlap, sekeren, dan selengkap apapun Jakarta, ntah kenapa sampai sekarang yang namanya Jawa Timur ini masih melekat banget di benak gue.

Selayaknya orang Jawa pada umumnya, gue bisa dong ngomong Jawa. Meskipun Jawa yang gue bilang di sini adalah Jawa malangan-suroboyoan ya, as in yang sering dihiasi kata-kata "juanc*k" dan sebagainya. Beda banget sama Jawa alus-nya orang Klaten atau Yogya. Dan sudah bukan rahasia umum lagi kalau yang namanya orang Jawa ini terkenal dengan kemedokan dan 'kealusan' tingkah lakunya.

Sedihnya, gue ga medok. Orang kalau ngomong sama gue pasti kaget banget begitu tau gue ternyata berasal dari Jawa Timur. "Lo ga medok, Ris." "Masa sih lo orang Jawa? Logat lo udah mirip kayak orang Betawi nih." Begitu mereka sering bilang. Bapak kos gue bahkan sempet ngira gue ini orang Medan!! Watdehel!! Gue ga tau mesti bangga atau ngerasa terhina. Ya bangga soalnya temen-temen gue ga bakal ngetawain gaya bicara gue (secara ga medok) dan juga sebagai bukti kalau proses integrasi dan asimilasi (apa sih) gue sukses besar; tapi juga terhina soalnya gue berasa bukan jadi orang Jawa, berasa ga punya kampung. Di tempat kerjaan gue yang baru juga bos gue, orang Surabaya yang udah kerja lebih dari 20 tahun di Kalimantan dan Jakarta, bahkan ngomongnya masih medok!! Sebenernya apa sih yang bikin gue ga punya logat? T-T *beneran nanya*

Sempet terpikir, apa itu gara-gara nyokap bokap gue membiasakan gue dan adik gue buat ngomong dengan bahasa Indonesia instead of Jawa ya di rumah? Bukannya bermaksud buat sok nasionalis atau sok lupa daratan ya dengan ngambil langkah tersebut, tapi itu karena nyokap gue ga mau gue ngadopsi bahasa bokap gue yang rada kasar (Madura euy!) dan karena nyokap gue sendiri ga bisa bahasa Jawa normal (FYI nyokap gue orang Bondowoso-Banyuwangi, beliau belajarnya bahasa Osing bukan Jawa). Gue inget banget waktu kecil jaman SD SMP gue sering maen ke rumah tetangga gue, Pakdhe Yono, cuma buat minta tolong bantuin ngerjain PR Bahasa Daerah. Tapi ya tetep aja, di sekolah dan sama temen sepermainan gue masih ngomong pake bahasa Jawa malangan-suroboyoan sepenuh hati. Masa iya sih gara-gara gue di rumah ga ngomong Jawa sekarang gue jadi kehilangan logat begitu?

Next, baca Krisis Identitas Part 2
Riska Kusuma Wardhani
So, it has been six months since my last blog post... Do you miss me?

It may be caused by the cheesiest excuse ever: I have been experiencing the nastiest personal turbulence and emotional struggling during these hiatus times. My internship. My health. My future career. My study. My family. My almost non-existent love life (not that I try to have one).

It's funny to see how hard I avoid social media in order to hide all my problems. The thing is, no matter how hideous you are, sometimes people will scrap the truth by themselves and the situation will become worse than you can imagine.

Does it mean I'll start posting my personal problems on this blog? Probably, but highly unlikely. Instead of revealing the problems to gain the reader's attention and empathy (but in reality it's like showing to the world that you can be as miserable as people living in third countries--which is very hyperbolic and disgusting in my opinion), diverting my attention to other things is more favorable. What kind of things? Projects, new projects.

Before you start arguing that making projects is really complex and stressful, let me tell you that the projects on my plan are not the kinds that you've imagined. I'm not trying to build new bridges or toll roads. I'm not trying to make a big events. I'm just trying to make public blogs themed English-vocabularies-to-spice-up-your-troublesome-life and how-to-make-a-good-CV-to-prove-that-you're-not-an-asshole inspired by my English Guru and the internship experience.

Interested to know more? Stay tuned. Now I'm doing some brainstorming to determine nice names for those projects.
Riska Kusuma Wardhani

I've been waiting the comeback of Aqua for ages, and finally, finally, this year, they decide to release a new single called 'How R U Doin?' on March 10 on their official facebook page and on March 14 on iTunes.

Yesterday I downloaded this song and in such a short time it kinda grew up on me. No matter how people keep saying that their style of music changes and keep comparing them to Far East Movement, I have a strong hold to my belief that they're still the same Aqua: this single makes my hips move as much as when I listen to 'Barbie Girl' or 'My Oh My'. And Lene's voice sounds unique as usual. Perhaps if you listen to it by yourself you'll understand what I mean. Go grab the song through your iTunes! :)

Riska Kusuma Wardhani

Especially if you live in Indonesia and more specifically, Jakarta.

I admit that I may sound very biased because I'm part of the committee of those events, so let me use more subtle approach: providing you several benefits that you could get by applying to be the participant.

1) E-Youth 2011



E-Youth 2011 is a series of seminar, workshop, real business competition, and book discussion held by Universitas Bakrie. As it stands for Entrepreneurial Youth, E-Youth has a general objective of encouraging young generation to pursue entrepreneurship career with the hope of building Indonesia into a prosper country. E-Youth 2011 selects "Creative Industry" for its special topic featuring Mochammad Ridwan Kamil, Elitua Simarmata, Hiramsyah S. Thaib, Sam Udjo, Iiim Fahima, Muhammad Lukman, Wahyu Aditya, and Diana Rikasari as the speakers for seminar; M. Arif Budiman, the author of "Jualan Ide Segar" as the speaker of book discussion; and the last but not least Aidil Akbar and Jalu P. Priambodo as the speakers for workshop. In real business competition, the committee challenge the participants to create a business plan with creative industry or culinary as its theme and only 10 million rupiahs as its capital, no more, no less. In exchange, the first winner will get the exact 10 million rupiahs whereas the second and third winner will receive 7.5 million and 5 million rupiahs respectively.

What'll You Get by Attending:
Countless inspirations from great speakers and entrepreneurs. Great book discussion. Educating workshop. A chance to win 22.5 million rupiahs if you participate in Real Business Competition. Certificate.

How to Apply:
Visit www.eyouth-ub.com for more information or follow its twitter account: @eyouth_ub.

2) Indonesia International Week 2011


Indonesia International Week (IIW) is an annual special project from Indonesian Students Association for International Studies that has been going on for 9 years (this year will be the tenth time). IIW's concept is actually quite similar to a summer class abroad where youth coming from different country meet together and do a cultural exchange for a short time. However, IIW is held in Indonesia and this year's IIW will be held in exactly three big cities: Jakarta, Jogjakarta, and Bali with the theme "Living in Multicultural Society" from July 2-13, 2011. Past participants of IIW are all natives, some of them are Japanese, Spanish, Chinese, and so on. However, starting from this year the committee gives a chance for locals to join this program by submitting an application.

What'll You Get by Attending:
Memorable experience. Exotic journey into the 'jungle' of Indonesian Culture for two weeks. Refreshing discussion. New circle of friends, both locals and natives. Certificate.

How to Apply:
Visit www.indonesiaiw.org or click the tab 'IIW 2011' under the headline.
Registration Fee: IDR 2,000,000 for locals and 325 Euro for natives (includes transportation and hotel costs for two weeks).

Indonesia International Week 2011 only accepts 50 participants (20 locals and 30 natives), so make sure your application (CV and essay) is presentable and persuasive enough to convince us that you deserve a seat. Indonesia International Week is the second best International Week in the world, so what are you waiting for?

3) Jakarta Model of United Nations 2011

Jakarta Model of United Nations (JMUN) 2011 is the first international diplomatic simulation program held by Indonesian Students Association for International Studies. JMUN is hoped to be a great place to gather young and enthusiastic youth to debate, negotiate, and also making friends. JMUN provides a unique and distinctive atmosphere and broad topic areas to meet the needs of its participants better. Three councils are available in JMUN: General Assembly, WTO, and UNHCR. These councils are each directed by a brilliant director with notable achievements in local and international context.

What'll You Get by Attending:
Intense debate and diplomatic session. Interaction with other brilliant minds. Chance to improve your speaking skills and confidence. An insight of how United Nation works. Certificate.

How to Apply:
Visit www.jakartamun.org or click the tab 'JMUN 2011' under the headline.
Registration Fee: IDR 400,000 (doesn't include transportation and hotel costs).



If you're interested to join or sponsor these events, don't hesitate to contact me for I'm working as the staff of sponsorship for E-Youth 2011 and Jakarta Model of United Nations 2011 and treasurer for Indonesia International Week 2011. I'll address your inquiry as soon as possible.


Riska Kusuma Wardhani
Sore ini gue sempat meratapi kemampuan gue yang pas-pasan dalam memahami bahasa Inggris, apalagi untuk masalah speaking dan listening. I lack practice and I don't have anyone agreeing to become partner in a daily English conversation. Thankfully, God still loves me. Ga sampai sejam kemudian, sebuah e-mail dari mailing list ASIRPA membahas tips-tips belajar bahasa Inggris, and it's so damn efficient and effective that I decided to repost it here and add my personal experience a bit just to make it longer. Stay tuned.

TIPS BELAJAR BAHASA INGGRIS ALA ASIRPA DAN GUE

Dear all,
Pertanyaan tentang cara belajar Bahasa Inggris adalah sebuah pertanyaan yang paling klasik dan usang. Meski demikian, tetap saja tidak mudah menjawabnya. Menariknya, orang yang IELTS-nya sudah melebihi skor untuk masuk Harvard Law School, sekolahnya para presiden Amerika, pun belum tentu bisa dengan gamblang menjelaskan cara belajar Bahasa Inggris.

Sebelum melangkah lebih jauh, yuk kita simak kutipan petuah Lintang, di Novel Laskar Pelangi, kepada Ikal, tentang belajar Bahasa Inggris:

"Memikirkan struktur atau dimensi waktu dalam sebuah bahasa asing yang baru saja kita kenal tidak lebih dari hanya akan merepotkan diri sendiri. Sadarkah kau bahasa apapun di dunia ini, dimana pun, mulai dari Bahasa Navajo yang dipakai sebagai sandi tak terpecahkan di perang dunia ke dua, Bahasa Gaelic yang amat langka, Bahasa Melayu pesisir yang berayun-ayun, sampai Bahasa Mohican yang telah punah, semuanya adalah kumpulan kalimat, dan kalimat tak lain adalah kumpulan kata-kata.
Nah, kata apapun, pada dasarnya adalah kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan, paham? Ini bukan masalah bahasa yang sulit tapi masalah cara berpikir. Berangkatlah dari sana, pelajari bagaimana menggunakan kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan dalam sebuah kalimat Inggris."

Petuah Lintang ini layak direnungkan bahwa bahasa pada dasarnya adalah kata. Sebelum belajar bahasa dan kalimat yang menyeramkan, belajarlah kata. Meskipun ini pasti bukanlah petuah yang paling sempurna tetapi setidaknya akan mudah disetujui bahwa tidak akan ada manfaatnya kita mengetahui aturan dan trik berbahasa kalau kita miskin kosakata? Yes, I do agree. Vocabulary helps you to understand the core content of a story, then grammar helps you to understand its time of order.

Meski demikian, perlu disederhanakan tujuan kita, bahwa saat ini kita sedang membahas sebuah ujian/test yang bernama TOEIC. Meskipun pada dasarnya sebuh ujian disusun untuk mengetahui kemampuan seseorang, tetap saja ujian apapun memiliki kelemahan. Banyak orang yang kalau diajak bercakap-cakap Bahasa Inggris terdengar sangat bagus tetapi selalu gagal memperoleh skor TOEFL tinggi. Sebaliknya, ada seorang kawan yang kalau bicara sangat mengenaskan tetapi skore TOEFLnya di atas 500. Adakah yang salah dengan ujian, termasuk TOEFL dan TOEIC? Bisa ya, bisa tidak. Setidaknya kita harus paham bahwa sebuah ujian bisa dipelajari.

Pintar Bahasa Inggris dalam konteks yang sesungguhnya dan komprehensif pasti akan membuat nilai kita bagus, tetapi ini tidak untuk mengatakan bahwa untuk memperoleh nilai bagus kita harus pintar Bahasa Inggris secara komprehensif. Orang bisa saja menerapkan strategi tertentu, bukan untuk pintar berbahasa Inggris tetapi sekedar untuk mendapatkan nilai bagus dalam ujian TOEFL atau TOEIC.

Seperti halnya TOEFL atau IELTS, TOEIC memuat empat kemampuan dasar bahasa Inggris: Mendengarkan (Listening/L), Membaca (Reading/R) , Menulis (Writing/W) dan Berbicara (Speaking/S). Berikut beberapa tips untuk mendapatkan nilai yang baik.
Kenali model tes TOEIC. Jangan pernah ikut test jika belum hafal di luar kepala struktur test TOEIC. Seseorang harus bisa menjelaskan dengan mata terpejam berapa soal yang harus dijawab dan berapa waktu yang tersedia untuk masing-masing bagian. Pelajari TOEIC dari sumber resmi yaitu Educational Testing Service (ETS) www.ets.org kemudian klik TOEIC.

Lakukan latihan dengan model yang sama dengan aslinya, biasakan melakukan latihan dengan pewaktuan yang persis sama dengan keadaan sebenarnya. Jangan melakukan latihan sambil lalu yang mudah terhenti oleh rengekan anak, gangguan murid, permintaan suami/istri untuk bikin teh dll. Alokasikan tempat dan waktu yang khusus. Ingat, ini memerlukan komitmen. Dalam menjawab soal, tandai yang ragu-ragu atau sekedar tebak.
Setelah latihan, periksa yang salah dan yang ragu-ragu atau sekedar tebak. Bisa jadi yang ragu-ragu atau sekedar tebak tadi juga benar, tetapi kita perlu mengetahui alasan yang sesungguhnya.

Kalau memiliki buku TOEIC baru, jangan menjawab di buku tersebut, fotokopi bukunya dan coretlah pada lembar fotokopian. Jika ujiannya mengharapkan kita mengisi formulir yang akan dibaca komputer (dengan pensil 2B) lakukan hal yang sama pada latihan. Simulasikan persis seperti ketika ujian yang sebenarnya.

Catat skor dari waktu ke waktu dan lihatlah perkembangannya. Perhatikan di mana kekuatan dan kelemahan kita dari keempat bagian yang diujikan. Berikan perhatian yang khusus pada bagian tersebut.

Tips untuk Listening:

Yang paling penting adalah kebiasaan mendengar. Hal ini tidak mudah dilakukan dan hanya bisa ditingkatkan dengan latihan. Mulai sekarang, tutuplah bagian bawah layar TV kalau menonton film barat agar tidak terbiasa membaca terjemahannya. Atau kalau punya DVD, biasakan menonton DVD film barat dengan subtitle (terjemahan) Bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia sehingga kita akan mendengar sambil membaca sebuah kalimat dalam Bahasa Aslinya. Ini sangat membantu. I do that, and trust me it works. My pronunciation isn't perfect but at least it's not as thick as before for I'm a Javanese. Another method that you can also try: listen to lots of western songs using a headphone at least an hour a day. Wanna learn how to speak with a British accent, then listen to lots of British albums.

Satu hal yang sangat penting, mendengar adalah persoalan kemampuan dan empati. Banyak orang yang tidak bisa mendengar, bahkan dalam bahasa ibunya. Jika kita apriori atau tidak berempati kepada topik yang dibicarakan, kita tidak akan mendengarkan dengan baik. Mendengar adalah juga persoalan mengendalikan ego.

Tips untuk Reading:

Tidak ada tips yang lebih ampuh untuk ini selain rajin membaca. This is what I do everyday, reading English literatures up to three hours a day before I go to sleep and whenever I have a spare time. Don't rush yourself to read a heavy materials like textbook or newspaper, keep it slow but consistent by reading novel or even fanfiction. People are more eager to read everything that they enjoy immensely and fanfiction is my joy. By only reading such light literature, I got 527 for my TOEFL Prediction Test held two years ago. I'm sure the score will keep going up since now I also start burying myself into a den of management textbooks. It's a wonderful feat since I haven't got any outside English lesson or private tutoring aside from what I got in secondary school and my parents are suck in English. I learn English by myself.

Tips untuk Speaking

Sampai kini saya meyakini bahwa berbahasa asing, terutama berbahasa Inggris adalah persoalan ‘gaya’ dan ‘ajum‘. Jika seseorang memiliki tingkat ke-gaya-an yang sangat rendah atau dengan kata lain dia adalah penganut pepatah lama “de ngaden awak bisa depang anake ngadanin” (jangan merasa bisa, biarlah orang lain yang menilai), saya khawatir orang tersebut tidak akan bisa berbicara Bahasa Inggris dengan baik. Kita perlu sedikit ajum dan gaya untuk bisa berbicara Bahasa Inggris. Percayalah bahwa kita harus memaknai pepatah lama nenek moyang kita dengan sangat proporsional. Jangan telan mentah-mentah dan berkreasilah.
Jika kita merasa tidak lancar berbicara, ngomonglah dengan pelan. Tidak terburu-buru untuk menyembunyikan kelemahan pengucapan kita. Banyak orang melakukan ini. Untuk bisa berbicara yang baik, kita harus menjadi pendengar yang baik. Belajarlah dengan serius soal pronounciation karena ini memang perlu dipelajari. Jangan terlalu percaya bakat, semua ada caranya. Dengarkan film bahasa Inggris dan perhatikan bagaimana penutur asli berucap. Ini tidak mudah dan sayapun yang sudah belajar bahasa Inggris lama dan tinggal di LN bertahun2 tetap mengalami kesulitan soal ini. Hal ini akan lebih bermasalah lagi kalau kita merasa malu berbicara.

Lakukan latihan. Buatlah pasangan yang menjadi penanya dan kita menjawab. Ini memang tidak mudah dilakukan oleh orang yang sudah senior terutama di Bali. Selalu ada keengganan belajar sesuatu, dan ada perasaan koh (enggan) melakukan sesuatu sesuai petunjuk. Kita terlalu mudah berucap “nah de je bes serem” (sudahlah, jangan terlalu dibuat rumit). Kalau kita ingin bisa, lakukan sekarang. Tinggalkan rasa enggan, lupakan kecanggungan. Semua orang perlu belajar, biarpun dari orang orang yang lebih muda sekalipun. Guys, are you interested in having an English conversation with me? I really need this kind of partnership. Please inform me if you do :)

Tips untuk Writing:

Ada orang pintar mengatakan, jangan bermimpi bisa menulis dengan baik dalam bahasa asing jika belum bisa menulis dalam bahasa ibu. Pernyataan ini kelihatan menakut-nakuti tapi benar adanya. Menulis adalah persoalan kemauan mengekspresikan diri, dalam bahasa apapun itu. Ada orang yang begitu di depan komputer atau buku akan berdiam diri berjam-jam tanpa bisa memulai. Memulai selalu sulit. Kalau menurut saya, menulis adalah persoalan kebiasaan dan latihan. Sebelum bertanya apakah kita bisa mendapatkan skor TOEIC yang tinggi untuk writing, tanyakanlah seberapa sering kita menulis dalam hidup? Kita menjumpai hal-hal menarik dalam hidup setiap detiknya tetapi jarang sekali tergerak untuk menuliskannya. Ini masalah kebiasaan.
Yes, writing is about a matter of habit. I love writing, but sometimes I hesitate to write things full in English because my grammar is a little over the place. I can detect any grammatical errors on people's work, thanks to my reading habit, but never in my own writing. What I do to improve it is reading a grammar dictionary, try to use more big words to make it more educated, and also use more active form because I want to persuade people not just give information through my writing.

That's all folks. How's it, cat got your tongue? :D

Jakarta, 28 Maret 2011

Riska Kusuma Wardhani

Riska Kusuma Wardhani
I should've posted this thank-you note days ago, but I only get the opportunity to do it today, so here we go.

1) Thanks Allah for giving me a chance to live and breath until now. Pampering me with health and plenty of love. You're the Power that Be who always cares about me no matter how dense I am in repaying You. Please grant me long years to live for I still have lots to do and achieve.

2) Thanks Mum and Dad for bringing me to this beautiful, diverse world. Helping me to grow up into what I am today. Showering me with attention and familial love until this very day, this very minute, this very second. I may not always agree with your decisions, but do know that I never stop loving you, unconditionally.

3) Thanks my little sister for teaching me how to be a tolerant, unselfish person. For keeping me on track because I know that you look up to me. My success will be yours, sis, I'll work hard to reach the top of my education and career to inspire you back.

4) Thanks my friends for brightening up my days. You teach me how to communicate and become a part of an integrated community. You teach me how each human being is born different and unique. Some of our friendships may be short-lived and quite erratic, but I'll always remember your faces. You get my back :)

5) Thanks my organizations for teaching me how to work with others. How to coordinate an event in a team. Special thanks for E-Youth and MagStorm 2011 for introducing the joy of sponsorship to me. Komunitas Jendela for sating my hunger of literatures and communications. ISAFIS for appeasing my thirst of English language and diplomatic skills (although I'm still on the learning stage, I'm suck at speaking) and the last but not least, TEDxJakarta for showing me that Indonesia still has hope. That Indonesia is full of countless great thinkers ready to contribute some of their innovation back to community. Hopefully in 5 years or so I can do the same. Money, fame, and top career are meaningless until you donate some of them to your surrounding environment.

Riska Kusuma Wardhani
Yep, itu opini pertama gue tentang Konser Ulang Tahun Langit Musik yang diadakan di Epicentrum Walk tanggal 19 Maret kemarin, dan opini ini ga mengalami perubahan sama sekali hingga akhir acara. Bahkan berkat konser ini, pandangan gue ke dunia musik Indonesia berubah total ke arah yang lebih baik.

Jujur sebelumnya gue rada malas untuk menonton konser ini. Gue lebih tertarik untuk nonton BB Live Concert yang diadakan Ismaya Group di hari yang sama, karena Shontelle manggung di sana. Sayang gue ga kebagian tiket. Ga mau melewatkan malam Minggu yang kabarnya bakal diterangin supermoon dengan percuma, gue pun cari alternatif lain. Konser Ulang Tahun Langit Musik.

Gue pun dengan semangat mendaftarkan diri untuk dapat access card-nya, tapi di sini malah muncul yang namanya kebodohan: gue daftar pas udah lewat masa pendaftaran. Dongkol banget perasaan gue hari itu (16/3), sampai malemnya pas gue lagi asyik nyampah di Twitter (as usual), ada twit dari Kak Rara yang intinya ngajak para bloggers buat ngeliput Konser Ulang Tahun Langit Musik plus wawancara para pengisi acaranya. Baca twit itu, gue langsung komentar dalam hati, "Wah, seru juga nih." Ga sampai semenit kemudian, e-mail buat nanya-nanya syarat dan ketentuan buat ikutan meluncur ke inbox e-mail Kak Rara.

And yay, I got it! Secara syaratnya cukup simpel, gue cuma butuh bikin postingan blog tentang Konser Ulang Tahun Langit Musik sebelum dan sesudah diselenggarakan. Cincai lah. Dengan semangat 45 ga sampai satu jam tulisan pre-event selesai dan langsung disetor ke Kak Rara buat diteruskan ke panitia. Habis itu gue langsung cabut tidur deh, simpan energi buat semaleman nonton konser :)

Pas tanggal 19 Maret, gue udah standby di Epicentrum Walk dari pas jam 3 sore. Sayang gue ga bisa langsung masuk venue karena access card untuk para bloggers masih diurus sama Kak Rara. Ya sudah gue berkeliaran keliling Epicentrum Walk dulu, sekalian liat-liat pengunjung yang juga sudah hadir untuk meramaikan acara. Banyak dari mereka yang dandan penuh cui, sampai bikin gue sempat minder karena pakaian gue biasa-biasa aja. Mana waktu itu gue juga melakukan kebodohan kedua: bawa laptop karena sempat ngira kalau pas acara berlangsung kita para bloggers mesti setor postingan juga. Ternyata ga ada aturan semacam itu. Akhirnya gue memutuskan dalam hati buat pulang bentar di tengah konser buat naruh laptop. Secara berat dan mati gaya banget deh nonton konser pake ribet nenteng laptop segala.

Mendekati jam 4 sore, access card untuk bloggers selesai diurus dan kita semua disuruh ngumpul di Starbuck Epicentrum Walk. Gue pun langsung beranjak ke sana, dan whoa! I met again with volunteers from Pesta Blogger+ 2010! Berasa reuni kecil-kecilan dah, mana dulu pas acara Pesta Blogger+ 2010 kita juga ngumpul di Starbucks. Di tengah cipika cipiki, ngobrol ke sana-sini dan nanya-nanya soal teknis wawancara para pengisi acaranya, tiba-tiba Kak Rara membuka sebuah kardus coklat besar dan kemudian membagikan satu per satu goodie bags di dalamnya ke para bloggers. Seneng banget gue waktu itu, secara waktu masih ngekos begini finansial rada kacau. Apalagi setelah gue liat isi goodie bag itu: flashdisk 4 GB, dua kaos unik, dan dua promotional CDs dari Di-da dan RAN. Kalau saja ga ada orang waktu itu kayanya gue bakal langsung teriak histeris saking senengnya.

Goodie bag sudah aman terjinjing, sekarang saatnya kita buat masuk venue. Teknis masuknya canggih juga, panitia mesti men-scan barcode yang ada di access card masing-masing. Dan sebelumnya juga ada satpam yang dengan teliti meriksa barang bawaan kita satu per satu, maksudnya biar ga ada makanan, minuman, atau bahkan senjata tajam dari luar yang ikutan masuk. Pemeriksaan selesai, kita pun langsung melenggang ke dalam venue dengan ceria. Tapi sempat ada kekecewaan waktu itu: kita bloggers ga dapet voucher welcome drink dan bahkan gue sempet ga dapet gelang Langit Musik-nya. Yah, toh kita juga daftarnya dadakan dan udah dapet goodie bag secara cuma-cuma, jadi kekecewaan itu juga ga berlangsung lama kok.

Sesampainya di venue, gue dan para bloggers yang lain ga langsung stuck di satu panggung aja. Kita keliling dulu dari panggung satu ke panggung lainnya sampai ada pengumuman kalau di panggung 1 bakal tampil Bottle Smoker yang abis tur keliling Eropa. Penasaran karena tiba-tiba aja itu panggung ramai dikerubuti kerumunan orang, gue yang super duper awam soal band indie, musik Indonesia, dan ga pernah ngeh dengan yang namanya Bottle Smoker pun ikut merapat ke sana. Performance mereka seperti apa sih hingga banyak orang yang doyan?

Ga sampai lagu pertama selesai dibawakan, gue udah terpesona aja sama performance mereka. Wah, ternyata di Indonesia ada nih band indie yang ngebawain musik electropop! Pakai berbagai macam toy instruments lagi, mana jumlah personilnya cuma dua orang. Memang mereka ga ada vokalnya, tapi kualitas mereka di mata gue udah bisa menyamai Owl City. Waktu manggung ada efek bubbles segala lagi. Ditunjang dengan sound system dan pencahayaan yang oke serta penampilan yang unik (personilnya pakai topi berkuping yang sooo fluffy! Pengen punya sebiji deh), gue bener-bener ga beranjak dari tempat gue berdiri sampai mereka selesai manggung.

The Banery langsung manggung ga lama setelah Bottle Smoker selesai. Saat itu gue pengen juga ngikutin konsernya dari awal sampai akhir, sayang bahu gue udah keburu pegel kelamaan nenteng laptop. Akhirnya gue pun cabut bentar untuk naruh laptop di kosan yang letaknya cuma setengah kilometer dari Epicentrum Walk. Selesai naruh, makan dulu dong. Alhasil baru sekitar jam 7an gue balik lagi ke venue.

Pas gue sampai, di panggung 1 lagi ada DJ Tiara. Para pengunjung pada duduk-duduk buat ndengerin tapi ada juga yang semangat 'pogo-pogo' di depan panggung (mostly laki-laki... ehem). Ga lama kemudian ada band yang manggung lagi dan pengunjung pun kembali berdiri buat merapat ke panggung. Gue yang rada bosen akhirnya ngacir ke panggung 2 buat kumpul-kumpul kembali dengan para bloggers. Kebetulan waktu itu Kak Rara juga SMS kalau jam 9 gue udah bisa wawancara salah satu pengisi acaranya... White Shoes and The Couples Company! Yippieeee!!!

Teng jam 9, gue langsung jalan ngikutin panitia yang tahu di mana White Shoes and The Couples Company 'bermarkas' sebelum tampil. Begitu ketemu mereka, jeder! Materi wawancara yang udah gue siapin di otak hangus begitu aja. Nervous booook. Gue udah sering liat konser mereka tapi baru kali ini bisa liat personilnya dari dekat. Alhasil wawancara jadi berlangsung alot, kaku, dan rada ga meaning. Huaaaa padahal sebenarnya banyak banget yang pengen gue tanyain ke mereka! Saking nervous-nya, ga sampai 15 menit gue langsung pamit aja, dan begonya ga take foto bareng mereka! Kebodohan tingkat tinggi ga sih!

Udah pegel sama kebodohan terbesar gue malem itu, gue akhirnya ngacir ke tempat jual makanan dan minuman. Saat itu pengen banget deh beli hotdog-nya, apa daya duit terbatas hingga akhirnya gue cuma beli teh botol aja. Selesai minum, wedew, kebelet buang air kecil. Terpaksa deh keluar venue bentar buat ke kamar mandi.

Nah begitu gue mau masuk lagi, eh si satpam nemuin botol minuman yang gue beli di dalam venue dan ga memperbolehkan gue masuk. Damn, gue kan belinya di dalam venue bukan di luar! Sayang itu satpam ga mau ngerti. Akhirnya karena minuman itu masih banyak dan gue sayang buat buang, gue pun memutuskan buat ga masuk ke venue dan malah nangkring di koridor dekat kamar mandi buat ngeliat konser di panggung 2.

Saat itu, Endah n Rhesa baru mau manggung. Gue sempet heran karena di tengah hujan yang cukup deras mengguyur venue, masih ada aja pengunjung yang bela-belain nongkrong di depan panggung dan bahkan ada yang pakai payung segala! Tapi pas si Endah n Rhesa mulai bawain lagu-lagu mereka, gue langsung ngeh kenapa pengunjung-pengunjung itu sampai sebegitu loyalnya. Permainan mereka keren banget dan full of love! Kekuatan vokal si Endah, permainan gitar duo mereka, sama interaksi antar keduanya dan interaksi ke penonton... semuanya patut diacungin jempol. Definitely masuk ke list musisi favorit gue nih.

Nah, di tengah-tengah mereka manggung ini, tepat jam 10 malem semuanya berhenti buat hening barang semenit aja. It's time for Expression for My Music! Bener-bener ga ada suara sedikit pun waktu itu, yang Endah n Rhesa bener-bener ga bergerak bak manekin dan pengunjung lain juga pada diam. Semuanya mengheningkan cipta buat kemajuan dunia musik Indonesia, termasuk gue sendiri tentunya.

Done with Endah n Rhesa, tadinya gue mau langsung cabut ke panggung 1 buat liat konser White Shoes and The Couples Company dan RAN. Aih, sayang saat itu entah salah teknis atau bagaimana, salah satu bass ga keluar bunyinya. Alhasil permainan mereka rada kacau. Para bloggers yang lebih senior akhirnya ngeracunin gue buat nonton konsernya Pure Saturday yang doyan ngebawain lagu-lagu klasik. Meski gue ga begitu kenal sama lagu-lagu mereka, gue tetep ikutan sok-sok nyanyi nge-lip sync pada akhirnya. Seru sih, banyak orang juga waktu itu. Dan hey, supermoon juga ada tepat di atas panggung 2!

Konser Pure Saturday selesai, gue melenggok bentar ke konsernya RAN. Yah, cuma kebagian ndengerin lagu Pandangan Pertama terus konser udah buyar. Udah selesai. Balik lagi deh gue ke tempat para bloggers yang lain ngumpul, ngobrol-ngobrol sebentar terus pulang bareng :)

Nah, yang bisa disimpulkan dari celotehan gue di atas adalah Konser Ulang Tahun Langit Musik itu cool abis. Top notch. Two-thumbs up and salute buat panitia, penyelenggara, dan juga pengisi acara yang sudah ngehibur gue semaleman di acara itu. Konser kalian ga kalah, dan bahkan menurut gue pribadi jauh lebih seru dibanding konser BB Live. Dan ya, berkat kalian juga pandangan gue ke dunia musik Indonesia jelas-jelas berubah. Gue yang dulu rada anti sama musisi Indonesia gara-gara infotainment yang kerap nampilin sisi gelap para musisi serta adanya artis-artis dadakan yang bisa manggung begitu aja tanpa kemampuan mumpuni hingga mencoreng dunia musik Indonesia, kini mulai welcome bahkan nge-fans sama beberapa band indie yang manggung di Konser Ulang Tahun Langit Musik. Bahkan sekarang playlist gue ga lagi muter lagu barat dan bahkan korea tapi ada juga lagu musisi Indonesia di situ. Thanks Konser Ulang Tahun Langit Musik, please invite me again in your second birthday concert! I'll gladly come!

Jakarta, 28 Maret 2011

Riska Kusuma Wardhani


Riska Kusuma Wardhani
Seberapa besarkan kecintaanmu kepada dunia musik Indonesia? Lontarkan pertanyaan sederhana ini pada diri kamu atau teman-temanmu dan nantinya kamu akan kebingungan dalam menjawabnya. Apa sebenarnya parameter yang bisa digunakan untuk mengukur dan membuktikan rasa cinta tersebut? Frekuensi kamu mendengarkan musik Indonesia sehari-hari? Frekuensi kamu mengikuti berita terbaru akan para musisi Indonesia? Atau, dari total jumlah playlist lagu Indonesia yang ada di gadget kamu?

Adalah kalangan masyarakat yang masih setia mengikuti perkembangan musik Indonesia, mendengarkan musik dari musisi Indonesia untuk kemudian membeli CD original atau mengunduh musik tersebut dari jalur yang legal yang pantas disebut sebagai pecinta sejati musik Indonesia. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yang mencapai angka ratusan juta jiwa, jumlah pecinta sejati ini sungguh tidak seberapa, hanya ribuan bahkan mungkin ratusan dalam suatu wilayah tertentu. Mereka ini merupakan kalangan yang tidak bergeming akan tawaran unduh musik secara gratis dari beberapa situs sharing karena mereka sangat menghargai perjuangan para musisi Indonesia dalam menggarap suatu album rekaman.

Untuk mengapresiasi pecinta sejati musik Indonesia yang jumlahnya terbatas tersebut dan memperingati ulang tahun-nya yang pertama, TELKOMSEL LANGIT MUSIK, sebuah portal musik digital yang legal di Indonesia, bekerja sama dengan para musisi Indonesia akan menyuguhkan sebuah konser akbar bernama KONSER ULANG TAHUN LANGIT MUSIK* pada:

hari, tanggal : Sabtu, 19 Maret 2011
pukul : 15.00 - selesai
tempat : Epicentrum Walk

Tidak tanggung-tanggung, ada 20 musisi Indonesia akan menghibur para pecinta sejati musik Indonesia dalam konser ini, yaitu:

MUSIC FOR SALE | CALVIN JEREMY | BOTTLE SMOKER | THE TREES AND THE WILD | TIKA AND THE DISSIDENTS | ANDRE AND SONIC PEOPLE | DREW | THE MILO | SELF | RAN | ENDAH N' RHESA | TOR | THE BANERY | WHITE SHOES AND THE COUPLES COMPANY | PURE SATURDAY | DIDA | RAY D' SKY | LAST CHILD | DJ TIARA | DJ JACQUELINE


Selain konser musik dari musisi yang telah disebutkan di atas, Konser Ulang Tahun Langit Musik juga menyuguhkan terobosan baru dengan mencanangkan sebuah gerakan bernama My Expression of Music yang didedikasikan kepada dunia musik Indonesia. Gerakan ini berupaya untuk mengajak semua pengunjung menjadi agent of change dengan terus menyebarkan semangat Apresiasi Musik Indonesia kepada seluruh penikmat dan pecinta musik yang dikenal. Ditandai oleh sebuah momen khusus bernama Moment for My Music, peluncuran gerakan ini akan dimulai tepat pada pukul 22.00.

Jika kalian merupakan salah satu dari kalangan masyarakat yang masuk dalam kategori pecinta sejati musik Indonesia, jangan ragu untuk datang di konser ini dan mengikuti acara dari awal sampai akhir untuk kemudian berpartisipasi dalam gerakan My Expression of Music. Sistem pendaftarannya cukup mudah di mana detailnya bisa kalian baca sendiri di link ini. Setiap pendaftar yang telah disetujui dan mendapat invitation nantinya akan mendapatkan welcome drink dan tentunya penampilan spesial dari para musisi Indonesia di dua panggung dalam sebuahvenue yang modern dan eksklusif. Jadi, tunggu apa lagi?

*) Untuk mengetahui perkembangan terbaru dari konser ini, silakan follow akun Twitter resmi penyelenggara: @langitmusik616 atau @2010NEWDAY











Riska Kusuma Wardhani
Wanna know why I seem to disappear from this blog on this beginning of the year?
Wanna know more about me?

I hereby proudly introduce two social media accounts that have led me away from blogspot: Tumblr and Twitter. Tumblr, because I'm now obsessed with its whole 'reblog' and like concept, and Twitter because it's quick and my friends practically live there.

If you have time, please visit my Tumblr account: rikuwa.tumblr.com
And check my Twitter account or better, follow it: twitter.com/rikuwa

Thanks a bunch! :)

P.S: For you who're still confused about the origin of my accounts name, rikuwa, here I want to emphasize that it's not derived from any Japanese vocabularies. It's an anagram or a union of two alphabets from each syllable of my original name: RIska KUsuma WArdhani. Quite simple, huh? Who didn't see it coming?
Riska Kusuma Wardhani

Credits to: toxicat at 9gag.com

Picked from Kaiji, anime with one of the most depressive and angsty theme. Yet somehow it still teaches us a lot how to utilize and enrich life so we don't fall into the category of life depicted on the above picture and reminds us to be grateful for everything that we have on hand in this second. Some people are not born lucky.
Labels: , 0 comments | edit post
Riska Kusuma Wardhani
It sucks because in my case, I don't have anyone to discuss or listen the new songs together with. Either it's me who's too up to date or easy to be bored, or it's them who're too picky or love reminiscing the old songs. There's no synchronization between us.

The most recent case is concerning the Firework song from Katy Perry. I've dedicated the whole December to listen and interpret it when at the same time my friends are still caught up with Teenage Dreams and California Gurls. I've told them that Firework has better lyrics and meaning with quite catchy tune--although not as catchy as California Gurls, yet they never listen.

And when a month later I grow tired (or bored) of Firework and move to listen a set of instrumental songs instead, they turn to play Firework every single time on their media player and on every gadget!

Bloody fantastic.
Riska Kusuma Wardhani
I know I’m not perfect. I can’t cater to your every whims and needs. I don’t take the education in a university with the same roof as yours. Our majors have no commonalities. And so I believe our chosen career path and future will be different.

But do know that I always care about you.

I send you birthday greeting on your special day. I send you SMS to know your condition and reconnect our friendship that has almost been reduced to nothing after graduating from Senior High School. I check your blog, your social media account, and every single account that I know you have once in a week, just to recognize my chance in asking about your day.

But never once you reply it. Never once you update it.
Is it you who are too introvert or is it just me who is too curious?

Don’t ever bother to reply this, because I know you don’t even read it.
Riska Kusuma Wardhani
Pembicaraan mengenai internet selalu berujung pada kontroversi: Apakah Internet itu Baik atau Buruk? Sebagian orang berpendapat bahwa internet sangat baik karena telah membantu 'melekatkan' hubungan antarmanusia baik dalam jangkauan lokal maupun internasional dan merupakan pendukung, atau bahkan pencipta utama dari era globalisasi. Akan tetapi, tidak sedikit pula golongan yang berpendapat bahwa internet itu buruk karena mampu menciptakan masyarakat yang amoral , merenggangkan hubungan keluarga karena ada satu pihak yang terlalu kecanduan internet sehingga kurang memperhatikan lingkungan sosial, serta menjadikan generasi muda dewasa sebelum waktunya (terutama bagi kalangan anak-anak yang bisa mengakses konten pornografi dengan mudah dari internet).

Menurut saya pribadi, meskipun internet memiliki sisi yang buruk, sisi yang baik tetap mendominasi dan bahkan menjadi pembentuk gaya hidup serta kunci kesuksesan saat ini. Pendapat ini bukannya tidak beralasan, melainkan berdasar akan fakta-fakta berikut yang saya rangkum dalam beberapa kategori:

Prestasi
Internet merupakan sumber pengetahuan terkaya di dunia yang bisa diakses secara gratis pada umumnya, entah itu pengetahuan yang 'serius' seperti yang tercantum pada online journal atau yang ringan seperti trivia-trivia unik dalam situs seperti Wikipedia. Pengetahuan yang unlimited ini kemudian mampu mendorong manusia untuk menuangkan pikiran-pikiran yang revolusioner demi kemajuan bersama dan bahkan mencetak prestasi yang sensasional. Internet juga menyediakan informasi akan perlombaan atau kompetisi yang dilaksanakan oleh suatu lembaga (termasuk kompetisi ini) untuk kemudian bisa diakses oleh masyarakat banyak yang bahkan berdomisili di luar pulau tempat terselenggaranya perlombaan. Exposure yang lebih luas ini juga kemudian berhasil menjaring peserta yang lebih banyak dengan ide dan karya yang beragam. Secara pribadi, internet sangat membantu saya dalam hal pengerjaan tugas yang tentunya sangat berpengaruh pada keseluruhan nilai akhir (akademik), bahkan yang mengantarkan saya untuk meraih beasiswa penuh dari suatu universitas karena berita akan beasiswa tersebut pertama kali saya ketahui dari internet. Begitu pula dengan memenangkan beberapa kompetisi yang disebarkan via internet, prestasi saya di bidang nonakademik pun bertambah dimana semuanya sangat layak untuk dicantumkan dalam CV. Kondisi ini tentunya sangat bertolak belakang pada zaman 1990an ke bawah dimana orang tua saya pernah bercerita bahwa menciptakan sebuah karya pada saat itu sangat sulit karena terbatasnya narasumber, sumber daya, dan info akan sesuatu.

Karier
Internet mampu mengembangkan bahkan memberikan peluang untuk berkarier kepada manusia. Situs seperti jobsdb.com setiap hari selalu meng-update puluhan bahkan ratusan lowongan pekerjaan yang bisa diakses dengan mudah dan jauh lebih akurat dibanding lowongan dalam media cetak. Saat inipun bagian HRD perusahaan juga kebanyakan meminta pelamar kerja untuk mengirimkan CV dan dokumen penting lainnya via email (softcopy) dibanding mengirimkannya langsung dalam bentuk hardcopy ke perusahaan. Bukan hanya itu, internet juga membantu manusia untuk membangun branding dan personal image, terutama melalui social media seperti Linkedin. Beberapa perusahaan besar di Amerika juga saat ini meminta pelamar untuk menyertakan URL Facebook dalam dokumen mereka sebagai indikator apakah mereka memiliki profesionalitas dan karakteristik seperti yang diinginkan perusahaan. Hal ini tentunya memberikan peringatan bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan social media ataupun aplikasi-aplikasi lain yang berhubungan langsung dengan internet yang bisa diakses secara bebas.

Koneksi
Internet atau social media secara spesifik jelas memperluas koneksi manusia. Jika tadinya sebelum internet diciptakan pergaulan kita hanya sebatas di lingkungan rumah, sekolah, maupun tempat kerja, sekarang kita bahkan bisa menjalin hubungan pertemanan dengan individu dari daerah ataupun negara lain melalui social media seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya secara mudah. Bahkan ada satu teman saya yang sekarang berteman dengan Pandji dan beberapa artis lainnya hanya karena ia pernah memenangkan kuis yang diadakan oleh Pandji via Twitter. Social media juga membantu kita untuk membangun atau menemukan komunitas dengan interest yang sama, seperti yang saya amati langsung dalam acara Pesta Blogger+ 2010: ada komunitas blogger Bekasi, blogger Madura, komunitas ibu-ibu yang hobi masak, pecinta fiksi, dan sebagainya.

Acara
Internet membantu kita untuk lebih aware akan adanya suatu event di lokasi tertentu, karena sekarang kebanyakan informasi akan suatu event disebarluaskan di internet bukan hanya media cetak. Bukan hanya itu, untuk masalah pengajuan proposal sponsorship pun internet sangat membantu karena saat ini banyak perusahaan yang meminta agar proposalnya dikirim via email, memghemat biaya dan waktu.

Bisnis
Berdasarkan hasil diskusi dalam Markplus Conference 2011 dimana saya menjadi salah satu pesertanya, fokus utama dunia bisnis untuk tahun 2011 ke atas adalah Youth, Woman, and Netizen (YWN Subcultures). Netizen sendiri mengacu pada pengguna internet yang jumlahnya semakin bertambah tiap tahunnya. Netizen juga sangat penting untuk membangun image dari suatu produk atau bahkan perusahaan karena merekalah yang mayoritas terlibat pada conversation on products dan doyan online shopping. Adanya perkembangan signifikan, baik jumlah, pangsa pasar, maupun pendapatan akan industri kreatif dengan media pemasaran social media atau situs-situs yang menjual barang secara online seperti eBay dan bhinneka.com juga merupakan penegas akan pentingnya internet dalam dunia bisnis. Bisnis aksesoris wanita yang saya rintis dengan teman saya dengan menggunakan media pemasaran Facebook adalah contoh nyata dari pernyataan sebelumnya: pendapatan kami sempat naik hingga 300% sebulan karena semakin banyaknya jumlah teman kami dan testimoni positif di Facebook, serta karena seorang fashion blogger yang cukup dikenal secara luas memajang produk kami di situsnya (buzz marketing).

Nation Building
Internet membantu membentuk identitas suatu negara, bercermin akan perilaku mereka terhadap internet itu sendiri (bisa diakses bebas atau tidak). Selain itu, internet juga bisa digunakan sebagai media pemasaran situs-situs pariwisata di suatu negara yang layak untuk dijelajahi warga negara lain, mendatangkan devisa negara. Internet juga membuat warga internasional yang tadinya kurang tahu akan situasi internal suatu negara untuk lebih aware dan bahkan ada yang aktif membantu, seperti yang bisa kita pelajari dari kasus Mesir.

Social Control
Internet secara tidak langsung menjadi social control dan juga penyampai gagasan masyarakat akan isu-isu sensitif yang tersebar dalam suatu wilayah atau negara, tak terkecuali di Indonesia sendiri. Masih kita ingat betapa penolakan masyarakat yang keras akan pembangunan gedung DPR baru di social media akhirnya berakibat pada teranulirnya keputusan itu. Begitu pula adanya perdebatan sengit yang berlangsung di Twitter berkenaan akan kasus penyerangan kepada Ahmadiyah dan gereja juga memperlambat proses pengambilan keputusan terkait masalah tersebut oleh pemerintah karena baik pihak pro dan kontra memiliki argumen dan pengaruh yang kuat. Dari internet pula kita bisa tahu kasus ketidakadilan hukum yang menimpa ibu salah satu generasi muda Indonesia dengan segudang prestasi (Alanda Kariza), yang kemudian membuka mata masyarakat akan betapa anehnya negara kita ini.

Secara singkat, internet membantu memfasilitasi proses transformasi masyarakat menjadi lebih sophisticated (lebih 'melek' akan perkembangan teknologi), terbuka dan connected (via social media), lebih green (pengiriman dokumen via email mengurangi jumlah pemakaian kertas secara signifikan yang tentunya mengurangi jumlah pohon yang ditebang untuk memenuhi kuota produksi kertas), serta lebih sensitif akan isu-isu lokal maupun internasional. Internet juga mampu mencetak individu-individu yang sukses selama mereka bisa memanfaatkan sisi positif internet secara penuh untuk menunjang pencapaian prestasi, karier, dan bisnis mereka.


Jakarta, 17 Februari 2011

Riska Kusuma Wardhani

www.bhinneka.com